I Do Not Believe (Chap 3)

I do Not Believe yoona new

I Do Not Believe (YOONA Ver)

Im Yoona | Cho Kyuhyun | Seohyun

Yuko Washaki

Romance | Sad | Pscyo

PG-15 | Chapter | Bad Story | Typo

Warning : di dalam ff ini ada kata-kata yang mengandung unsur tidak sopan,dan harap perhatikan tahun yang tertera di setiap kejadian. Jika ada tulisan dengan font miring, itu berarti flashback.

……………..

yoona-harpers-1

Im Yoona (24 Tahun)

10394863_623420304432188_8105346129940678883_n

Cho Kyuhyun (26 Tahun)

seohyunchuseok

Seo Joo Hyun (19 Tahun)

………………

Ku langkahkan kaki ku semangkin cepat. Memasuki pintu bercat putih polos, mengabaikan setiap pandangan yang menatap ku dengan tatapan bertanya. Menatap lurus pada satu objek yang menjadi inti dari semua rancana yang tersusun rapih

“Hallo. Saya Cho Kyuhyun. Dosen baru kalian. Senang bertemu dengan kalian semua”

Raut wajah terkejut terpampang jelas di wajah cantik polosnya. Membuat ku tersenyum penuh kemenangan.  The game begins….

….

….

….

~Chap 3~ 

3 Februari 2005

“Ayah~”

Seseorang yang dipanggil dengan sebutan ayah tersebut hanya bisa mengerjabkan mata tak percaya. Anaknya-Im Yoona- kembali memanggilnya dengan sebutan Ayah? Rasa hangat menjalar memenuhi setiap relung hati pria berumur tersebut. Terharu. Tak menyangka dapat mendengar panggilan Ayah dari mulut anak perempuannya.

“Ya. Waeyo Yoona-ah?” senyum menghiasi wajah dengan sedikit kriput tersebut. Menatap lembut sang anak tercinta.

“Bolehkah aku menjadi seorang pahlawan untuk Ibu sekarang?” keheningan melanda keduanya. Tatapan tajam yang terlempar dari mata indah kecoklatan tersebut tak pernah surut. Keraguan. Ketakutan. Menyelimuti pria dengan panggilan Ayah tersebut. Ingatannya kembali menerawang jauh. Menemukan satu moment yang mungkin menjadi inti dari pembicaraan keduanya

“Ibu. Apa suatu saat nanti Ayah akan berselingkuh? Dan meninggalkan kita? Seperti pada drama-drama di tv?” tunjuk gadis kecil pada dua sosok makhluk hidup berlawanan jenis yang sedang asik berbincang-bincang. Entah membicarakan apa.

“Yoona kamu ini bicara apa? Ayah  tidak mungkin seperti itu. kau terlalu banyak menonton drama nak. Lagi pula, wanita itu teman Ayah dan Ibu nak. Kau tidak boleh seperti itu” dengan senyum manis yang terukir. Wanita yang dipanggil dengan sebutan Ibu itu mengusap lembut puncak kepala sang anak. Mencoba memberikan pengertian

“Ayah sangat mencintai Ibu mu Yoona-ah. Ibu mu adalah wanita tercantik yang pernah Ayah temui. Tidak mungkin Ayah berpaling dari wanita sebaik dan secantik Ibu mu ini” sebuah suara berat kini muncul, membaur dengan dua yeoja cantik yang sedang membicarakannya. Yah ia tahu itu.

“Benarkah? Bagaimana kalau Ayah selingkuh? Apa boleh aku membunuh Ayah dan menjadi seorang pahlawan untuk Ibu?”

“Yoona~ kau tidak boleh berbicara seperti itu pada ayah mu…” tertawa kecil. Melihat tingkah lucu sang anak tercinta. Dengan keyakinan yang tinggi. Pria dengan paras tampannya berkata lembut namun tegas.  Sebuah kalimat yang terdapat sebuah janji di dalamnya

“Tidak apa-apa Sena-ah. Ya. Kau boleh membunuh Ayah. Melakukan apapun yang ingin kau lakukan jika itu sampai terjadi. Dan kau akan menjadi seorang pahlawan untuk Ibu mu yang cantik ini”

 

Memucat. Keringat dingin kini memenuhi seluruh pori-pori kulit pria berumur tersebut. Menatap sang anak yang kini hanya berdiri diam mematung dengan tatapan tajam. Rintik hujan yang turun semangkin deras. Suara guntur yang saling bersahutan. Menjadi latar belakang suasana mencengkram tersebut.

“Kau sudah mengingatnya Ayah?” seringai tipis kini menghiasi wajah manis bagai malaikat tersebut. Oh tidak. Kata-kata malaikat tidak tepat untuk penggambaran suasana yang sedang terjadi saat ini. Iblis yang bersembunyi di balik wajah manis tersebut. Yah kata-kata itu lebih tepat untuk penggambaran suasana yang terjadi

“Yoona-ah… kau…”

“Ya. Aku akan melakukannya. Aku akan menjadi seorang pahlawan untuk Ibu”

Pisau yang tersembunyi di balik punggung kini tergenggam erat di tengah jari-jari lentik tersebut. Seringai tipis tak pernah berenjak sedikit pun dari wajah miliknya. Mata yang gelap. Menandakan akan di mulainya permainan yang menarik. Dengan perlahan, langkah kecilnya mengikis jarak yang  ada. Mendekat mendekati sang Ayah.

“Yoona-ah sadarlah…”

Tak ada jawaban. Gadis cantik dengan panggilan Yoona tersebut masih terus melangkahkan kaki jenjangnya. Memperkecil jarak yang memisahkan dirinya dengan Sang Ayah. Ketakutan tak dapat lagi di pungkiri pria berumur dengan sebutan Ayah.  Memandang sang anak dengan pandangan momohon..

“Waeyo? Ada apa? Ayah takut? Tenanglah. Ini hanya akan sakit sesaat. Setelahnya, akan menjadi menarik dan menyenangkan”

Keringat dingin sudah mengalir menuruni plipis dengan kulit berkirut tua itu. Memandang takut sosok sang anak yang berjalan mendekat. Meringsut mundur, dengan perlahan. Penyesalan sudah tak ada lagi gunanya sekarang. Semua sudah terjadi..

TAP!

Dengan cepat, pisau dengan ketajaman yang sudah tak diragukan lagi. Menancap tepat di sisi kanan kepala pria berumur tersebut. Kini tak ada lagi senyum manis yang terukir. Hanya tatapan datar dengan kegelapan yang menyelimuti. Rumah dengan desain klasik kini terlihat begitu menyeramkan. Tak ada yang mengetahui apa yang sedang terjadi didalam sana. Derasnya hujan. Guntur yang tak pernah berhenti. Seakan mendukung keadaan yang sedang terjadi. Bibir tipis dengan warna pink itu kini bergerak, menyuarakan suara dengan pelan namun tegas.

“Jangan bergerak! Jangan pernah mencoba berfikir untuk menghindar”

“Yoona-ah… jangan seperti ini… Ibu mu akan sedih jika dia melihat mu yang seperti ini”

Tangan dengan jari-jari lentik itu kini mengepal kuat. Menekan keras kuku-kuku yang terpotong rapih. Meninggalkan jejak-jejak merah pada telapak tangan mulus tersebut. Pria berumur tersebut, hanya menatap penuh harap. Tidak menyadari bahwa sebaris kalimat yang di ucapkan dari bibirnya tersebut berakibat fatal.

“Sedih? Bahkan kau lebih membuatnya sedih dengan kenyataan pahit yang kau ukir di dalam hidupnya, membuatnya kehilangan kehidupan yang ia punya dengan cepat. Meninggalkan ku sendiri dengan makhluk-makhluk hina seperti kalian”

Diam. Pria berumur tersebut hanya bisa terdiam membisu. Yah benar. Semua yang terucap dari bibir tipis pink tersebut benar apa adanya. Seandainya, ia bisa mengulang waktu ia tidak akan membuat sebuah kesalahan yang berakibat fatal seperti ini. Seandainya. Yah, semua hanya sekedar seandainya..

Suara derap langkah kaki kembali menyeret pria berumur tersebut kedalam kenyataan pahit yang sedang menimpanya. Menatap sang anak-Yoona- tepat di manik matanya yang menggelap, saat ini. Kesedihan. Kebencian. Dendam. Emosi yang tertahan, tergambar jelas. Oh tuhan, sebegitu dalamkah luka perih yang ia torehkan di kehidupan anak gadisnya tersebut?

“Kau. Harus mati. Di tangan ku. Seperti yang kau janjikan dulu. Ayah…

Pejaman mata. Hembusan nafas panjang. Tatapan bersalah dengan kepasrahan di dalamnya. Keputusan berat yang harus diambilnya. Dengan senyum yang terukir, pria berumur tersebut kembali menyuarakan suaranya… dengan penuh kelembutan…

“Ya, Yoona-ah. Aku akan menepati janji ku. Asal itu dapat membuat mu bahagia”

“Dengan senang hati”

Rintihan. Teriakan yang menyayat telinga. Terdengar jelas mengiringi rintik hujan dengan guntur tersebut. Percikan cairan merah pekat tergambar jelas memenuhi seluruh lantai kramik tersebut. Bau anyir memenuhi seluruh ruang yang menjadi saksi bisu terjadinya pembunuhan anak terhadap sang Ayah. Tragis dan mengenaskan. Hanya kalimat tersebut yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi jasad pria dengan panggilan Ayah tersebut.

“Selamat tinggal.. dan… Trimakasih”

….

….

….

2014

Langit kembali kelam. Rintik hujan kembali turun. Membasahi setiap sudut kota Seoul. Menatap kosong langit. Cinta. Bahkan laki-laki brengsek itu kini sudah mempunyai anak buah hasil hubungan gelap mereka. Omong kosong. Cinta tidak pernah ada. Yah aku tau itu.

Seringai kembali menghiasi wajah datar ku. Pahlawan. Yah sebentar lagi. Satu makhluk hina lagi dan aku akan menjadi pahlawan sepenuhnya. Untuk Ibu.

Menatap penuh arti seseorang. Kemeja putih dengan bagian tangan yang digulung sampai siku. Terlihat tampan, ku akui itu. Kini tatapan ku teralihkan, memandang makhluk hidup yang menatap pria-ku dengan pandangan memuja. Pria-ku? benarkah? Bahkan aku sendiripun tidak percaya akan cinta. Tapi pria itulah yang mencintaiku.

“Eonni…”

Aku hanya terdiam membisu. Menunggu kalimat selanjutnya yang akan terucap dari bibir ranum miliknya tersebut. Menatap datar pria-ku yang masih sibuk dengan buku-bukunya. Menyiapkan materi yang akan disampaikannya.

“Apa kau masih ingat dengan cerita ku saat itu?”

“Mwo?” Aku tau. Aku tau kemana arah pembicaraan ini berlangsung. Seringai kemenangan terukir tipis, menghiasi wajah tanpa ekspresi milik ku.

“Pria yang menolong ku waktu itu, Eonni. Membantuku memberesi buku-buku yang terjatuh karena kami yang bertabrakan. Pria itu adalah dia. Cho Kyuhyun. Dosen baru kita. Aku benar-benar tak menyangka… takdir mempertemukan aku dan dia kembali”

Yah.. Takdir yang sengaja ku ciptakan. Untuk kau…

“Mungkin” Bodoh. Kau terlalu bodoh. Sama seperti Ibu mu yang hina itu. Kalian tak ada bedanya. Sama-sama bodoh dan jalang. Tapi… itu sedikit memudahkan ku untuk menjalani semua rencana ini

Seo Joo Hyun. Kau jatuh kedalam perangkap ku. Jatuh cinta lah semangkin dalam terhadap pria-ku, dengan begitu aku akan dapat dengan mudah menyelesaikan ini semua

Dengan senyum tipis yang terus mengembang. Pria-ku. Cho Kyuhyun. Mengajar dengan gayanya yang elegant. Menatap lurus pada satu objek. Bukan aku. Tapi sosok makhluk hidup hina yang sedang menatapnya dengan pandangan memuja. Terpesona. Dan segala hal yang sejenis dengan itu semua.

Darah ku berdesir. Luapan emosi memenuhi diriku. Kuku lentik tertancap dengan sempurna. Menimbulkan garis-garis kemerahan. Yang di akibatkan oleh genggaman tangan yang terlalu erat. Melukai kulit telapak tangan ku. Mata ku menggelap. Sial! Kenapa ketakutan ini kembali menghantui ku?! Ketakutan yang tak berdasar. Tidak. Itu semua tidak akan terjadi. Dan tidak akan pernah ku biarkan terjadi..

BRAKK

“Aku ke toilet”

….

….

….

 

3 Juni 2007

Jeritan. Raungan. Tangisan. Terdengar begitu memilukan. Sangat menyayat hati. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan langsung saja mengasihani dan memberikan pertolongan. Namun tidak untuk seseorang yang hanya menatap datar sosok mengenaskan yang berada dihadapannya saat ini. lebih tepatnya seonggok daging tak beguna. Pisau panjang nan runcing itu tak juga terlepas dari tangan cantik yang kini sudah berlumuran cairan merah pekat. Menempel dan menetes melewati ujung pisau.

Setiap langkah kaki yang diciptakan kaki jenjang itu kini terasa begitu menakutkan untuk seseorang yang berhadapan dengannya. Seringai iblis kini tersungging rapih di wajah putih pucat dengan cairan kental merah yang membasahi.

“Yoona-ah..”

Tak ada jawaban. Hanya petir yang saling bersahutan di luar sana yang menjadi musik pengiring kejadian demi kejadian yang terjadi. Rumah kumuh yang menjadi saksi bisu tindakan sadis yang tengah terjadi. Rintik hujan yang deras seakan menutupi setiap jeritan. Raungan serta tangisan yang tercipta. Suasana yang sungguh sangat mendukung

“Yoon….Akh!!”

Kembali. Benda tajam tersebut kembali menghantam kulit putih pucat di depannya. Menyayat. Merobek. Memuntahkan cairan perah pekat yang kembali menodai wajah, baju dan bagian tubuh yang lain yeoja cantik bernama Yoona tersebut. Menyenangkan. Itulah pendapat pertama yang keluar dari dalam otaknya.

“Ahjumma… bukankah ini menyenangkan?” senyum manis yang seharusnya terukir begitu indah di wajah cantiknya kini begitu menyeramkan. Jauh diluar bayangan seseorang yang mengenalnya.

“Tubuh mu sungguh sangat indah ahjumma. Kau harus tau itu”

“Akh!! Yoon…”

Kini benda tajam itu memperlebar wilayah sayatannya. Merobek semangkin dalam isi perut dan bagian tubuh yang lain. Senyum manis tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Mata kelam itu menyipit indah. Menampilkan ayes smile yang begitu menawan namun terlihat menyeramkan untuk saat ini. Teriakan-teriakan akan rasa sakit bagaikan alunan musik yang begitu indah di telinganya

“Ahjumma~ Apa ada permintaan terakhir yang ingin kau ucapkan? Seperti….Salam perpisahan?”

“Seo Yoon…Akh!”

“JANGAN PERNAH MEMANGGIL NAMAKU DENGAN MARGA MENJIJIKAN ITU!!”

Kini benda tajam yang lain menghunus tepat di kaki jenjang yang sudah dipenuhi cairan merah pekat yang berasal dari tubunya sendiri. Menancap tepat di tengah tengah tulang kaki tersebut. Percikan darah tak dapat lagi terhindari. Kilatan kemarahan kini tergambar jelas di mata kelam seorang Im Yoona.

“Sepertinya tidak perlu salam perpisahan. Sudah banyak waktu yang terbuang”

“AKH!!! YOON… AKH!!” di sayatnya semangkin lebar kulit yang sudah menganga lebar tersebut. Sedikit mengeluarkan apa yang berada di dalam tubuh seorang Ahjumma di depannya. Kini tubuh pucat penuh darah itu Nampak tak bernyawa. Dengan kulit yang mengaga di bagian bagian tertentu. Menampilkan tulang. Daging. Dan organ dalam yang terlihat sangat berantakan.

“Indah. Saatnya sentuhan  terakhir” di rogohnya kantung dress putih penuh darah miliknya. Mengeluarkan benda mengkilat dengan pelatuk ditengah-tengahnya. Menatap seonggok danging tak bernyawa di depannya. Tersenyum manis untuk terakhir kalinya, sebelum bunyi menggelegar sebuah tembakan terdengar.

“Selamat tinggal Jalang

DORR!!

….

….

….

 

2014

Hembusan angin dingin begitu lembut menerpa wajah gadis dengan paras cantik tersebut. Menatap datar sirat emosi dua sosok manusia yang asik mengobrol dengan melemparkan senyum manis. Deru nafas berat terdengar jelas disetiap tarikan nafas miliknya. Kepalan pada tangan yang bersembunyi di balik mantel hangat miliknya tak juga turut merenggang, tetapi sebaliknya. Potongan kuku rapih miliknya melukai telapak tangan dengan kulit sehalus kapas tersebut, menimbulkan luka dengan cairan merah yang mengalir kecil. Membentuk sebuah aliran sungai

Ketakutan tak berdasarnya selama tiga minggu ini bagaikan menjadi sebuah kenyataan. Senyum manis yang dulu selalu ditunjukan hanya untuknya seorang, kini bertengger dengan apik di wajah tampan mempesona milik pria-nya. Perasaan yang tak pernah dirasakan sebelumnya, kini menyelimuti dirinya dengan sangat tebal dan rapih. Cemburu? Apa ia sudah mulai merasakan yang namanya ‘Cinta’? Ck jangan bodoh Im Yoona! Bagaimana bisa kau merasakannya, sedangkan dirimu tak percaya adanya Cinta. Ujarnya dalam hati, merutuki kebodohan dirinya untuk saat ini

“Eonni”

Suara yang sudah sangat familiar baginya, kini melintas begitu saja. Melewati indra pendengaran miliknya. Menyadarkannya dari lamunan tak berujung yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Tatapan datar masih tak beranjak sedikitpun dari wajah cantik rupawan miliknya

“Oppa ini eonni ku, Im Yoona. Kau pasti sudah mengenalnya kan”

Senyum meremehkan terlukis dengan jelas di wajah cantik gadis dengan nama Im Yoona tersebut. Menatap lurus pada sosok tegap yang sekarang berdiri dengan kokoh di depannya. Sakit. Itulah yang dirasakan sosok tegap dengan panggilan ‘Oppa’ tersebut, mendapat senyum seperti itu dari gadis yang teramat dicintainya. Ia tahu arti dari senyum yang di lemparkan untuknya itu.

“Hai Yoona-ssi, senang bisa mengenal mu”

“Ya. Tapi tidak untuk ku”

TBC

Sesuai janji author, di chap 3 ini ceritanya lebih panjang dari chap 2 🙂 dan seperti biasanya…. author menunggu komentar-komentar kalian yang menjadi semangat author buat melanjutkan ff kyuna ini^^

oh iya, bagi yang meminta Kyuna moment di ff ini, nanti author usahakan ya 🙂 sedang mencari moment” yang tepat untuk dimasukan ke ff ini 🙂 jadi sabar ya…^^

29 pemikiran pada “I Do Not Believe (Chap 3)

  1. kox tbcg.
    Kurang panjaaaangggg.
    Wech y0onA mulai cemburu nich…..aduch seo jga suka ma kyu pke mang2il oppa , q benci ini.
    Ayolah bkin y0ona cinta ma kyu dan….sikapnya bisa berubah.
    Kyu jgn pernah tgal y0ona ok….
    Kyuna2 fighting.

  2. kasihan yoona, dia menjadi orang yg kejam karena ayahnya, semoga kyuhyun tdk menambah luka yg dialami yoona n semoga dia bisa menyembuhkan luka hati yoona, jangan d?ekat2 sm seohyun donk, ntar yoona tmbah marah

  3. Yoona sampai tega bunuh ayah nya sendiri saking dendam nya.. Aduhhh kyu jangan sampai kamu mulai suka ama seo,kasian yoona klo kayak gitu… Oiya, boleh diceritain dikit ga gimana awal pertemuan kyu ma yoona.. Soalnya disini khan cuma di flashback soal masalah keluarga yoona tapi blm ada soal kyuna nya.. Soalnya penasaran juga, kyu bisa sampai ikut membantu yoona untuk balas dendam.. Next part ditunggu soon ya. Tq

  4. BAGUS ABIS THOR !!! Posternya juga baguss!!!
    TBC nya kecepetan ah!!!
    Tragis abis tuh…
    BTW masih ada yg Typo Jadi ” Sena ” tuhh :p
    Itu ada kata “Selamat tinggal.. dan… Trimakasih” Emang abis naik busway apa ? :p
    Cepet cepet ya part 4 nyaa…
    GOMAWO AUTHOR JJANG!!!

  5. Plis jgn bwat kyu suka seo beneran!
    Jika itu trjdi mka bwatlah yoona Membunuh Kyuhyun dan cara membunuhnya lbih mnyakitkan!!
    Walau q. Lbih brhrap yoona Tobat sih!!!
    Next!

  6. Uhhh ini makin seru aja author-nim 😀
    Yoona bener2 udah buta gara2 sakit hati. Pengkhianatan ayahnya bener2 merusak psikologis dia. (Deuh berat bahasa gueee XD )

    Hihi cemburukan yong? Nah rasain deh tuh. Salah siapa malah ngumpan suami sendiri (geplaked) 😀
    Dilanjut yaa author-nim, aku tunggu bgt lohhhhh ! Semangaaaaatt ^^/

Tinggalkan komentar